Senin, 18 Oktober 2010

Islam adalah agama yang universal,cinta damai,toleran dan selalu disebut-sebut sebagai agama yang Rahmatan lil’alamin tetapi akhir-akhir ini umat Islam di Negeri ini sering terlibat konflik,kerusuhan,kekerasan dan sikap-sikap anarkis yang sangat kontras dengan ajaran Islam yang penuh kasih sayang dan keperibadian anak bangsa yang dulu sering di kenal dengan bangsa yang santun berwajah “Sumeh”,dengan budaya ketimurannya yang ramah bersahabat.ada apa dengan umat Islam Indonesia hari ini ? Pertanyan ini menjadi penting untuk di renungkan bersama dalam memberi solusi atas jawaban pertanyan dia atas. Dengradasi ghirah kebangsan ke-Indonesian dan kerisis Nasional-salah satunya krisis kerukunan umat beragama-kian terasa ditandai dengan praktik kekerasan dan kelompok Islam Radikal muncul secara sporadik diberbagai tempat.jika dulu umat Islam Indonesia sebagai mayoritas penghuni Negri ini diserang dengan westernisasi budaya barat,nampaknya sekarang Islam Indonesia sedang di serang virus gerakan Arabisasi Indonesia.gerakan “Pokoknya”harus Islam,dan perahnya hanya bersifat legalisatik-formalistik.agama”harus”manifestasikan dalam bentuk ritual formal,sehingga muncul formalisme keagaman yang lebih mementingkan “bentuk”dari pada “isi”.kondisi seperti itu menyebabkan agama kurang di pahami sebagai seperangkat paradikma moral dan etika yang mengusung nilai-nilai kemanusian dan tujuan membebaskan manusia dari penindasan dan ketidak adilan.sehingga melahirkan gerakan ekstrimis puritan yang tidak jarang berkifarat anarki. Gerakan-gerakan semacam ini telah mereduksi wawasan kebangsan,cenderung melemah yang antara lain di akibatkan oleh pemahaman terhadap nilai-nilai keagaman yang cenderung formalistik,sempit,dangkal dan ekslusif.sebagai kelompok keagaman tertentu sering kali melakukan berbagai aksi yang mengatasnamakan agama tetapi ternyata tidak diajarkan oleh semua agama.untuk menghentikannya tindakan represif penegak hukum/pemerintah bukan satu-satunya solusi. Pergerakn Mahasiswa Islam Indonesi (PMII) sebagai anak kandung dari bangsa ini tentunya memiliki tenggung jawab moral terhadap fenomena diatas dengan modal Intelektual yang berbasis pada doktrinal Ahlussunah Wal Jama’ah (ASWAJA) sebagai Manhaj Fiqr,PMII harus serius melakukan kerja Intelektualitas untuk menginterprestasikan aswaja sebagi jawaban atas semakin derasnya arus radikalisme keagaman tersebut,karena sejatinya dalam aswaja :tawasuth,tawazun,tasammuh dan I’tidal serta amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan nilai subtansial yang ternyata amat fleksibel,dan dapt diterabkan dalam situasi dan kondisi,bahkan tempat apaun termasuk di Indonesia tenpa harus tercabut dari akar budayanya.PMII dengan paradikma Aswajanya sangat mengapresiasi kegeniusan(Budaya)Lokal.Wajah Agama (Islam)yang ditawarkan oleh PMII dengan Aswaja adalah agama yang berwajahkan ke-Indonesian.Sikap akomodatif ini tidaklah diambil berdasarkan kalkulasi opurtinistik,melainkan eksternalisasi paradikma keagaman yang terbuka dan tidak memandang kebudayan sebagai sesuatu yang hitam putih.

By Ahmad Basuki Ketua Rayon PMII (PAI STAIN JURAISIWO METRO